MILITER

MILITER

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 14 April 2013

Soeriadi Suryadarma, Gatotkaca Indonesia yang terlupakan

Kemarin TNI Angkatan Udara merayakan hari ulang tahunnya. Berbagai atraksi kemahiran para pasukan udara itu pun digelar di bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur. TNI AU kini genap berusia 67 tahun.

Namun mungkin banyak yang lupa siapa Bapak Dirgantara dan KSAU Pertama di republik ini. Dialah Soeriadi Suryadarma yang 16 tahun membangun angkatan udara dan penerbangan sipil mulai dari nol.

Lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, 6 Desember 1912, Suryadarma memulai karir militernya dari bawah hingga menjadi KSAU pertama di republik ini. Sebelumnya, pada 1 September 1945, dia ditugaskan Soekarno membentuk Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), dan diangkat sebagai KSAU pada 9 April 1946. Pada 18 Februari 1960, semua kepala staf angkatan bersenjata disejajarkan pangkat dan jabatannya dengan menteri dalam kabinet, termasuk Suryadarma.

Sebagai bapak AURI, Suryadarma tak cuma mengembangkan dunia kedirgantaraan dalam bidang militer, dia juga menjadi pelopor penerbangan sipil-komersial. Karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa dirgantara menjadi bagian integral dari kehidupannya.

Namun perjalanan kariernya tidak selalu mulus, dia pernah dituduh sebagai agen Nederlandsch Indie Civil Administratie (NICA), tentara sekutu dalam pemerintahan sipil Hindia Belanda setelah Jepang menyerah pada Sekutu pada Perang Dunia (PD) II. Rupanya, tuduhan itu muncul karena dia selalu tahu gerak-gerik musuh sehingga sangat disegani.

Suryadarma adalah satu dari enam pemuda bumi putera yang diterima di akademi militer KMA di Breda, Belanda. Dia kemudian memilih jurusan navigator. Namun karena pribumi, ia tidak diizinkan menjadi penerbang. Kendati begitu, ia punya segudang pengalaman karena ikut terlibat dalam sejumlah operasi udara AU Belanda. Terutama saat Belanda terdesak invasi Jepang pada awal 1940-an. Ia terkenal berani sebagai navigator atau letnan penerbang intai dengan tiga pesawat bomber Glenn Martin B-10, yang mengebom armada Jepang di Tarakan tanpa disertai fighter escort pada 13 Februari 1942.

Ketika menjadi KSAU, Suryadharma mengembangkan dirgantara dengan mendirikan Aeroclub, wahana pendidikan dan latihan dasar penerbangan militer di Maguwo, Maospati, dan Malang (teknik radio, radio operator, pilot, pasukan para, pembekalan udara, kode morse). Bahkan, dia menjadi figur pertama yang menyadari pentingnya pasukan payung (paratroops), mengingat kondisi geografis Indonesia dengan ribuan pulau. Itulah cikal bakal lahirnya Pasukan Gerak Tjepat (PGT) yang kemudian menjadi pasukan payung pertama, dan kini berubah nama menjadi Pasukan Khas TNI-AU.

Pada 1950, Suryadarma berperan dalam negosiasi pengambilalihan KNILM/KLM dan mengubahnya menjadi Garuda Indonesia Airways (GIA). Ia lalu menugaskan beberapa murid lulusan Sekolah Perwira Penerbang AURI angkatan pertama sebagai pilot Garuda. Selain itu, dia menjadikan para penerbang dan kru penerbangan sipil sebagai perwira dan bintara cadangan AURI. Masyarakat awam yang terlibat penerbangan sipil juga diangkat sebagai perwira berpangkat tituler.

Pada tanggal 9 Maret 1960, Suryadi Suryadarma sempat meminta mengundurkan diri sebagai bentuk pertanggungjawaban atas ulah Letnan II (Pnb) Daniel Maukar yang pada pagi harinya menembaki Istana Negara Jakarta dengan pesawat tempur MiG-17F Fresco asal Skadron Udara 11, namun permintaan tersebut ditolak oleh Presiden Soekarno.

Namun akhirnya pada tanggal 19 Januari 1962, Suryadarma 'dipaksa' mengundurkan diri dari jabatannya sebagai KSAU sebagai ekses dari peristiwa pertempuran Laut Aru yang menewaskan Komodor (L) Yos Sudarso. Hal ini pula yang mengakhiri karier gemilangnya selama kurang lebih 16 tahun memimpin AURI. Pengorbanan batin KSAU Suryadarma di masa itu adalah wujud nyata sikap tertinggi dalam disiplin prajurit, yaitu loyalitas bagi bangsa dan negara.

Sebagai bentuk penghargaan, Soekarno kemudian menunjuknya sebagai Menteri Penasehat Presiden, dan pada 1965 menjadi Menpostel. Untuk menghormati jasa-jasanya, TNI-AU mengabadikan namanya untuk landasan udara AURI di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Sebuah perguruan tinggi milik TNI-AU di kawasan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, juga menggunakan namanya (Universitas Suryadarma). Sayang, pahlawan dirgantara itu seolah dilupakan jasa-jasanya oleh pemerintahan RI yang ikut didirikannya.

Menginjak usia 63 tahun, kesehatannya mulai menurun karena terkena komplikasi liver. Setelah sempat dirawat selama satu minggu di RS Husada, Jakarta, Suryadharma akhirnya mengembuskan napas terakhir pada Sabtu, 16 Agustus pukul 05.45 WIB. Jenazahnya disemayamkan di rumah duka, lalu di Markas Besar TNI AU. Dimakamkan secara militer, ia dikebumikan pada 17 Agustus pukul 13.00 WIB di Pemakaman Umum Karet, bukan di Taman Makam Pahlawan kalibata.

Banyak pihak yang menyayangkan hal ini. Suryadharma dinilai banyak memberikan jasa untuk bangsa ini terutama di dunia kedirgantaraan, namun jasanya dan jasadnya seolah dilupakan. Meski demikian, julukan 'Gatotkaca Indonesia' hingga kini sering disematkan kepada dirinya.

Petaka penerbangan terakhir RI-002, ditemukan setelah 30 tahun


Umur TNI AU sudah separuh abad lebih. Sekarang, ini adalah peringatan HUT TNI AU ke 67. Sejarah perjalanan AU di langit Nusantara, di antaranya terbentuk dari peran pilot asal Amerika Serikat, Bob Freeberg dan pesawat miliknya Douglas C-47, belakangan diberi nama R1-002 (RI-002 diberikan karena RI-001 dicadangkan untuk pesawat kepresidenan yang akan dibeli dengan dana sendiri). Pesawat RI-002 ini berakhir tragis di Sumatra. Berikut ceritanya.

Dini hari, 1 Oktober 1948 pesawat RI-002 lepas landas meninggalkan Pangkalan Udara Maguwo dengan tujuan Bukittinggi. Rute yang ditempuh adalah; Maguwo-Gorda-Tanjung Karang-Bukittinggi. Menurut rencana pesawat akan meneruskan ke luar negeri untuk membeli pesawat baru dengan mengangkut 20 kg emas murni.

Seperti tertulis dalam buku Sejarah Operasi Penerbangan Indonesia periode 1945-1950 yang diterbitkan Dinas Sejarah TNI AU, RI-002 waktu itu diterbangkan pilot Robert Earl Freeberg alias Bob. Sedangkan co-pilot adalah Opsir Udara Bambang Saptoadji, engineer Opsir Muda Udara I Sumadi, dan radio operator Sersan Udara Suryatman.

Selama penerbangan, beberapa kali RI-002 berhubungan dengan stasiun radio udara atau call sign PCI di Sagan, Yogyakarta. Saluran radio ini dikenal dengan Aeradio, yaitu hubungan radio antara pesawat dengan stasiun radio di darat. Waktu itu radio dijaga oleh Sersan Mayor Udara Sumarno.

Komunikasi antara RI-002 dengan stasiun radio dilaporkan berjalan lancar hingga Tanjung Karang. Tetapi kenyataannya, hubungan radio antara pesawat dengan stasiun radio baik di Jawa maupun di Sumatera tidak berjalan baik. Sesuai prosedur, seharusnya komunikasi dilakukan secara periodik dengan jangka waktu satu jam setelah lepas landas. Namun itu tidak terjadi.

Sersan Mayor Sumarno beberapa kali memerintahkan RI-002 agar stand-by dan sewaktu-waktu, tetapi tidak ada jawaban. Sehingga sejak saat itu pesawat angkut sewaan itu dianggap hilang beserta para penumpang. RI-002 selama melaksanakan penerbangan tidak pernah disergap pesawat Belanda, meskipun dalam salah satu penerbangan ke Sumatra pernah kesasar karena cuaca buruk.

Surat kabar di Belanda ramai memberitakan hilangnya pesawat itu karena disergap pesawat Belanda. Namun pemerintah kolonial itu tidak pernah membenarkan atau membantah. Dengan demikian AURI menyatakan RI-002 dinyatakan hilang, dan tidak diketahui sebab musababnya.

Namun setelah 30 tahun menghilang, baru pada 14 April 1978 reruntuhan pesawat beserta kerangka jenazah ditemukan seorang penduduk yang hendak mencari kayu bakar di pegunungan Sumatera Selatan. RI-002 diperkirakan jatuh di Bukit Pungur, Kecamatan Kasui, Kabupaten Lampung, menabrak bukit akibat cuaca buruk.

Hal itu dibuktikan dengan penemuan kepingan bekas sayap pesawat yang telah disusun kembali bertuliskan RI-002. Kerangka jenazah sudah tidak bisa dikenali. Akhirnya, secara simbolik mereka dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Tanjung Karang dalam rangka peringatan Hari Bhakti TNI AU pada 29 Juli 1978.

Selasa, 09 April 2013

6 Senjata Buatan Indonesia Yang Dibeli Militer Asing

480287_511621525541274_1514597467_s.jpg
1. 260 Kepala roket 'Smoke Warhead' diekspor ke Cile Salah besar jika Anda memandang sebelah mata senjata produksi dalam negeri. Sebab, senjata yang dihasilkan putra putri terbaik bangsa nyatanya dilirik oleh negara asing. Rencananya, akhir Maret ini 260 unit kepala roket jenis smoke warhead segera diekspor ke Cile. Alutsista itu merupakan buatan PT Sari Bahari dari Malang, Jawa Timur. Kualitas Smoke Warhead diakui mengalahkan produk serupa buatan pabrikan sejumlah negara maju, di antaranya; Amerika Serikat dan Rusia. Smoke Warhead adalah kepala roket dengan diameter 70 mm dan cocok dipasangkan dengan roket pasangan pesawat seperti Super Tucano. Smoke Warhead akan memberikan informasi kepada pilot soal posisi jatuh roket dengan cara mengeluarkan asap selama dua menit saat roket jatuh ke tanah. Smoke Warhead telah diproduksi sejak tahun 2000. Hingga kini, sudah lebih dari 3.000 Smoke Warhead yang dipesan TNI.

2. Pesawat CN 235-MPA diekspor ke Korsel Pesawat CN 235 jenis Maritime Patrol Aircraft (MPA) produksi PT Dirgantara Indonesia menjadi salah satu Alutsista yang diminati negara lain. Pada 2011-2012 lalu, PT DI memenuhi permintaan Korea Selatan yang memesan empat pesawat itu melalui kontrak yang ditandatangani pada 2008 dengan nilai total USD 94,5 juta. Pesawat yang merupakan modifikasi dari CN-235 itu, cocok untuk melakukan patroli perairan di samping bisa difungsikan untuk angkutan personel. Di tahun yang sama, PT DI juga mengekspor pesawat CN 235 jenis pesawat angkut militer VIP, ke Senegal, Afrika. CN-235 MPA Versi Patroli Maritim, dilengkapi dengan sistem navigasi, komunikasi dan misi (mulai mendekati fase operasional dan hadir dalam Singapore Airshow 2008). Pada Desember 2009 diumumkan bahwa TNI AL membeli 3 unit CN-235 MPA sebagai bagian dari rencana memiliki 6 buah pesawat MPA sampai tahun 2014. CN-235 MPA menggunakan sistem Thales AMASCOS, radar pencari Thales/EADS Ocean Master Mk II, penjejak panas (thermal imaging) dari Thales, Elettronica ALR 733 radar warning receiver, dan CAE's AN/ASQ-508 magnetic anomaly detection system. Pesawat ini juga akan mengakomodasi Rudal Exocet MBDA AM-39 atau torpedo ringan Raytheon Mk 46.

3. Fast Patrol Boat diekspor ke Timor Leste Putra putri terbaik bangsa di PT PAL telah berhasil membuat kapal perang jenis patroli cepat (Fast Patrol Boat). Rupanya, Alutsista buatan dalam negeri itu telah membuat negara tetangga, Timor Leste, kepincut. Pada 2011 lalu, Pemerintah Timor Leste memutuskan memesan dua kapal patroli cepat senilai USD 40 juta. Kapal tersebut akan digunakan untuk melindungi wilayah teritorial Timor Leste. Konstruksi lambung dan anjungan kapal yang dibuat dari bahan alumunium mampu menahan gelombang tinggi dan lebih lincah saat bermanuver. Kapal patroli cepat ini mempunyai kecepatan maksimum 30 Knot, walaupun saat official trial bisa mencapai 33 Knot. Kapal ini memiliki dua baling-baling dan dilengkapi Radar NavNet yang mampu mengintegrasika n data-data peralatan sistim navigasi dan komunikasi seperti echo sounder, speed log dan GPS ke dalam peta elektronik dan sistem radar.

4. Peluru buatan PT Pindad diminati Singapura hingga AS PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) selama ini memasok kebutuhan peluru TNI-Polri. Peluru buatan Pindad antara lain berkaliber 5,56 mm, 7,62 mm dan 9 mm. Namun, selain untuk TNI-Polri, peluru yang dihasilkan PT Pindad juga diekspor keluar negeri. Peluru-peluru tersebut dikirim ke Singapura, Filipina, Bangladesh, hingga ke Amerika Serikat (AS) . Untuk Singapura, sudah beberapa tahun belakangan negara singa putih itu telah memesan 10 juta peluru. Sementara, pada 2009 lalu, satu juta peluru telah diekspor ke AS dengan nilai transaksinya mencapai USD 200.000. Peluru buatan Pindad tersebut tentu bukan sembarangan. Sebab, produk dalam negeri itu telah melalui uji kelayakan badan internasional, seperti semua produk Divisi Amunisi yang telah lulus pengujian standar NATO. Demikian juga telah mendapatkan sertifikat ISO 9001 dari SGS Yearsly- Interna tional Certification Services Ltd, Inggris pada tahun 1994.

5. Panser Anoa diekspor ke Oman dan Malaysia Panser Anoa buatan PT Pindad menjadi salah satu Alutsista yang paling laris dijual. Pada tahun 2008, TNI memesan 154 buah Panser Anoa berbagai tipe. Untuk tahun 2011 TNI memesan 11 Panser Anoa tipe APC dan tahun 2012 TNI memesan 61 unit. Tak hanya dalam negeri, Panser Anoa juga diminati negara asing. Untuk Panser jenis Anoa 6?6 juga dipesan oleh Kerajaan Oman. Malaysia juga memesan hingga 32 unit panser Anoa. Panser bermesin Renault ini memang sudah teruji di negara-negara gurun seperti Libanon saat digunakan oleh pasukan perdamaian PBB. Kualitasnya sesuai dengan standar NATO pada level III atau level yang tingkat ketahanannya terhadap serangan sudah lebih baik dari level II yang diproduksi di China dan India. Belum lama ini, Pindad mengeluarkan Panser Anoa jenis baru. Anoa spesies baru ini mengusung Kanon kaliber 20 mm dan berjenis berjenis IFV (Infantry Fighting Vehicle). Panser ini didesain untuk mengantisipasi kebutuhan Batalyon Infantri Mekanis. Dengan demikian, Panser Kanon 90 mm nantinya dikonsentrasika n untuk Batalyon Kavaleri, sementara Panser Kanon 20 mm untuk batalyon. Selain mengusung senjata utama kaliber 20 mm, Panser jenis ini juga mampu menyandang senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm dan mampu menampung lima orang, yang terdiri dari tiga kru Ranpur dan dua personel pasukan.

6. Senapan Pindad diminati Singapura hingga Afrika Selain Panser Anoa, sejumlah senjata buatan Pindad juga banyak dipesan oleh negara luar. PT Pindad mampu memproduksi berbagai jenis senjata antara lain; jenis senapan serbu (SSI-VI, SS2-V2, SS1-V3, SS1-V5), Senapan sniper (SPR-1) pistol (P-1, P-2), revolver (R1-V1, R1-V2, RG-1 (tiper A), RG-1 (tipe c), senapan sabhara/polisi (Sabhara V1 and Sabhara V2), senjata penjaga hutan, pistol profesional magnum, peluncur granat, dan pelindung tubuh (personal body protection). Produk-produk yang dihasilkan itu banyak dipesan oleh negara-negara di luar negeri. Di antaranya adalah sebuah jaringan supermarket khusus olahraga berburu, camping, dan memancing bernama Cabelas’s, yang merupakan pembeli terbesar produk-produk buatan Pindad. Senapan serbu SS-2 merupakan produk langganan negara-negara Afrika seperti Zimbabwe, Mozambik, dan Nigeria. Selain itu, Thailand dan Singapura juga kerap memesan senjata tersebut.

Sabtu, 06 April 2013

TNI AU Dukung Terjun Taktis Batalyon 501


Sebanyak tujuh pesawat C-130 Hercules dari Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdana Kusuma dan Skadron Udara 32 Lanud Abdulrahman Saleh Malang, mendukung pelaksanaan misi latihan penerjunaan pasukan Linud 501 Braja Yudha Madiun, dengan Dropping Zone (DZ) daerah Asembagus Situbondo Jawa Timur, Selasa (19/3). 

Sebanyak 480 prajurit Linud Batalyon 501 Braja Yudha Madiun, melaksanakan penerjunan di daerah Asembagus, Situbondo Jawa Timur. Penerjunan dipimpin langsung oleh Komandan Batalyon 501, Mayor Inf Andy yang diberangkatkan dari Lanud Iswahjudi.

Tepat pukul 05.12 pagi ketujuh pesawat C-130 Hercules secara berurutan berangkat dari landasan pacu Lanud Iswahjudi, dengan membawa 480 penerjun dari prajurit Batalyon 501 Brajayudha, menuju droping Zone (DZ) daerah Asembagus Situbondo, guna melatih skill dan meningkatkan profesionalisme prajurit, serta persiapan latihan gabungan (Latgab) TNI mendatang.

Indonesia Jalin Kerjasama Pertahanan dengan Sejumlah Negara Sahabat


21 Maret 2013, Jakarta: Selain menjadi ajang saling bertukar pikiran dalam menghadapi tantangan global saat ini, Forum JIDD 2013 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan RI juga menjadi ajang pertemuan bagi pemimpin-pemimpin pertahanan dan militer dari berbagai negara guna meningkatkan saling kepercayaan dan mempererat hubungan kerjasama pertahanan.




“Hampir semua delegasi itu memanfaatkan untuk bertemu dan berkonsultasi dalam rangka meng-up-date posisi dari Defense Cooperation baik antara Indonesia dengan delegasi negara lain, maupun antar delegasi dari suatu negara dengan delegasi negara lain”, ungkap Wamenhan RI Sjaafrie Sjamsoeddin usai menerima kunjungan Wamenhan China Lieut. Gen. Qi Jianguo dilanjutkan dengan Wamenhan Iran Brigjen Kalantari , Kamis (21/3) di JCC, Jakarta.

Terkiat dengan pertemuannya dengan Wamenhan China, Wamenhan RI menjelaskan bahwa Indonesia dan China sepakat untuk mengkorfirmasikan kegiatan - kegiatan kerjasama di bidang pertahanan di tahun 2013 dan 2014 yaitu dengan meningkatkan jumlah kegiatan capacity building yang terdiri dari latihan kedua militer baik Angkatan Darat, Angkatan Laut maupun Angkatan Udara.

Selain itu, China juga memberikan peluang bagi para perwira TNI mulai dari tingkat perwira pertama sampai dengan perwira tinggi untuk mengikuti pendidikan di Beijing. Pihak Kemhan China juga turut berkontribusi dalam pembangunan Peace Keeping Centre yang sedang dibangun oleh Indonesia.

Dalam upaya meningkatkan dan mempererat hubungan kerjasama pertahanan kedua negara, menurut Wamenhan pada tahun ini Menhan China dijadwalkan akan berkunjung ke Indonesia, setelah China mengadakan pergantian kepemimpinan tingkat nasional yang kini sedang berlangsung. “Kita akan memantapkan kegiatan bilateral meeting antara Kemhan RI dan Kemhan China”, ungkap Wamenhan.

Indonesia – Iran Akan Adakan Kolaborasi di Bidang Riset dan Teknologi Pertahanan

Sementara terkait dengan pertemuannya dengan Wamenhan Iran, Wamenhan RI menjelaskan bahwa pertemuan tersebut antara lain membicarakan berbagai hal untuk menjajaki sejumlah peluang kerjasama pertahanan sebagai tindak lanjut dari pertemuan dari kedua pemimpin pemerintahan.

Secara khusus kedua Wamenhan dalam kesempatan tersebut membicarakan peluang kerjasama di bidang industri pertahanan dimana Wamenhan Iran menginformasikan sejumlah perkembangan teknologi pertahananannya mulai dari tingkat menengah sampai kepada tingkat teknologi tinggi. Sedangkan Wamenhan RI menyampaikan bahwa saat ini Indonesia juga sedang memulai pembangunan industri pertahanan dalam negeri .

“Jadi kita akan mengadakan suatu kolaborasi di bidang riset dan teknologi pertahanan yang sudah dirancang oleh Kemenristek dimana Kemhan juga akan berada didalamnya”, ungkap Wamenhan RI.

Selain menerima Wamenhan China dan Wamenhan Iran, sebelumnya pada hari pertama penyelenggaraan JIDD 2013, Rabu (20/3) Wamenhan RI telah menerima Commander of King Faisal Naval Base (Jeddah) Rear Admiral Staff Mueidh Bin Abdulrahman Alshamrani, Wamenhan Brunei Darussalam Dato Paduka Haji Mustappa bin Haji Sirat, DPMB, SMB, PJK, PIKB, BA, dan Spanish Secretary General of Defense Policy D. Alejandro Enrique Alvaro Gonzalez San Martin.

Selama dua hari penyelenggaraan JIDD 2013, pejabat Kemhan RI baik Menhan Purnomo Yusgiantoro, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin dan Sekjen Letjen TNI Budiman menerima sejumlah Delegasi dari negara sahabat yang turut berpartisipasi dalam JIDD 2013. Dalam pertemuan dengan sejumlah delegasi yang merupakan pejabat tinggi pertahanan dari negara sahabat, dibicarakan upaya – upaya meningkatkan hubungan kerjasama pertahanan Indonesia dengan negara sahabat.

Laos dan Philipina Jalin Kerjasama di Bidang Industri Pertahanan dan Patroli Bersama

Sekjen Kemhan Letjen TNI Budiman, Kamis (21/3) melakukan courtesy call (CC) dengan delegasi Laos dalam forum JIDD 2013 pimpinan Permanent Secretary, Ministry of National Defence Brigadir Onesy Sensouk, di JCC. Dalam kesempatan tersebut delegasi Laos mengharapkan pertemuan ini dapat menjadi media untuk memperkuat hubungan dan kerjasama diplomatik kedua negara.

Setelah melihat produk-produk unggulan industri pertahanan Indonesia dalam The Asia-Pacific Security & Defense Expo (APSDEX) JIDD 2013, delegasi Laos berniat untuk melakukan kerjasama dengan industri pertahanan Indonesia khususnya dalam pengadaan perlengkapan bagi Angkatan Darat dan kendaraan tempur yang merupakan produksi PT Pindad, PT Sritex dan PT Langit Biru. Selanjutnya di masa depan, delegasi Laos berniat untuk melakukan kerjasama dengan industri pertahanan Indonesia.

Pada kesempatan yang sama Sekjen Kemhan RI juga menerima delegasi Philipina yang dipimpin Undersecretary for Legal and Legislative Affairs and Strategic Concerns, Ministry of Defence Pio Lorenzo F. Batino.

Sekjen Kemhan mengatakan forum ini dapat memperkuat hubungan kedua negara. Kedua negara telah menjalin koordinasi di bidang maritim dan patroli bersama di wilayah Sulawesi dan masih banyak kerjasama lainnya seperti kerjasama di bidang pelatihan dan pendidikan serta pertukaran siswa.

Indonesia Ekspor Kepala Roket Latih ke Chile




24 Maret 2013, Jakarta: CV Sari Bahari Malang mengekspor kepala roket latih (smoke warhead) kaliber 70 milimeter ke Republik Chile. Sebanyak 260 buah kepala roket akan digunakan untuk latihan perang bagi tentara di Chile.
"Ekspor perdana, jika cocok mereka akan pesan lebih banyak," kata Direktur CV Sari Bahari, Ricky Hendri Egam, di Malang, Jawa Timur, Sabtu, 23 Maret 2013. Roket dikirim Senin 25 Maret. Roket latih ini mengeluarkan asap saat ditembakkan. Sekitar 70 persen komponen produksi dalam negeri.
Chile, katanya, tertarik setelah melihat pameran Indodefence Expo, November 2012, di Jakarta. CV Sari Bahari mengirimkan contoh dan spesifikasi yang diinginkan negara di benua Amerika ini. "Harga dan akurasi tembakan bisa bersaing dengan produk negara lain," katanya.
Bahkan, lima negara lain juga tengah menjajaki pembelian roket yang sama. Roket dengan jelajah 8 kilometer ini juga digunakan TNI Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Angkatan Darat. Sejak 2000, TNI melalui Kementerian Pertahanan memesan sekitar 3 ribu buah. Roket ini bisa diluncurkan dengan pesawat, di atas kapal maupun di daratan.
Sari Bahari juga memproduksi roket jenis Fin Folding Aerial Rocket (FFAR) dengan hulu ledak sesuai standar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). FFAR diproduksi bekerja sama dengan PT Dahana, sebuah badan usaha milik negara yang bergerak di bidang bahan peledak. "Di sini produksi selongsong, pengisian bahan peledak oleh PT Dahana di Subang, Jawa Barat," ujarnya.
FFAR juga dipasang di pesawat Super Tucano, serta kaliber 80 mm untuk pesawat Sukhoi. Riset roket dimulai 2005 bekerja sama dengan Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI AU. Pada 30 Desember 2005, CV Sari Bahari mengantongi sertifikat kelaikan dari Direktorat Jenderal Sarana Pertahanan Markas Besar TNI AU.
Selain itu, CV Sari Bahari juga memproduksi bom P25, baik latih maupun berhulu ledak. Bom ini biasa diangkut pesawat standar NATO seperti F-15, F-5 dan Hawk. Bom ini diproduksi sejak dua tahun lalu. Juga diproduksi bom P100, yang terpasang di pesawat Sukhoi. Saat ini, perusahaan itu mengembangkan prototipe bom yang lebih besar yakni P250 dan P500. "Mimpinya kita akan produksi smart bom," katanya.
Bengkel di Jalan Muharto 125 Malang ini mempekerjakan 80 orang. CV Sari Bahari berdiri 1993 yang awalnya memasok suku cadang dan mesin ke sejumlah industri strategis, salah satunya PT Pindad. Sejak 2000, mereka memproduksi roket dan bom.

Indonesia Pamerkan CN295 di Langkawi




Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro didampingi Dirut PT. Dirgantara Indonesia Budi Santoso dan pejabat di lingkungan Kemhan, Jumat (22/3) menerima kunjungan Chief Executive Officer (CEO) Airbus Military, Domingo Urena Raso di Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut membahas peningkatan program kerjasama bidang kedirgantaraan antara Airbus Military dengan PT. Dirgantara Indonesia. (Foto: DMC)
 
22 Maret 2013, Jakarta: Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, Indonesia akan mengirim dua tim untuk ikut berpartisipasi dalam Langkawi International Maritime and Aerospace (LIMA) 2013. Pertama, Jupiter Aerobatic Team dari Skuadron Pendidikan 102 Lanud Adi Sutjipto TNI Angkatan Udara. "Kedua, dari segi komersial, kami kirim perwakilan PT Dirgantara Indonesia dengan satu unit pesawat CN295," kata Purnomo saat ditemui di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Jumat, 22 Maret 2013.
Pesawat terbaru produksi Tanah Air ini sudah berangkat ke Lengkawi, Malaysia, pagi tadi. Pesawat militer angkut kelas medium itu mengambil rute Jakarta-Medan-Lengkawi. Di Medan, pesawat akan mengisi bahan bakar.
Purnomo menyebutkan, sampai saat ini ada dua negara tetangga yang tertarik membeli CN295, yakni Thailand dan Filipina. "Kami harap, dalam pameran di Lengkawi akan menarik banyak perhatian internasional," harap Purnomo.
Adapun Direktur Niaga PT DI, Budiman Saleh, mengatakan, selain menawarkan CN295 di LIMA 2013, mereka juga akan menawarkan pesawat produksi lain, yakni CN212 dan CN235. Namun PT DI hanya membawa satu unit pesawat sebagai contoh, yakni CN295.
"Ada beberapa negara yang tertarik, seperti Filipina yang tertarik pada CN212, CN235, dan CN295. Ada Malaysia yag tertarik CN295, Korea Selatan juga tertarik CN212 dan CN 235," kata Budiman di tempat yang sama.
Pesawat CN295, dia melanjutkan, saat ini merupakan pesawat militer angkut tercanggih di kelasnya. Keunggulannya, pesawat ini hanya butuh landasan pacu yang pendek untuk terbang dan mendarat. "Juga bisa take off dan landing di medan darurat. Selain itu, sistem navigasi dan avionik baru," kata Budiman.
Menteri Purnomo Yusgiantoro pun mengaku bangga dengan produksi anak bangsa yang satu ini. Menurut dia, industri dirgantara dan pertahanan Indonesia mengalami perkembangan. "Negara yang kuat adalah negara yang punya industri pertahanan kuat," kata Purnomo.

Malaysia Berminat Beli CN-295 Indonesia




Dalam acara Langkawi International Maritime and Aerospace (LIMA), Indonesia akan memamerkan sejumlah pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia. Kabarnya, Malaysia tertarik pada CN 295 seiring dengan merebaknya konflik di Sabah.

Budiman Saleh, Direktur PT Dirgantara Indonesia, mengatakan ada beberapa pesawat yang akan dipamerkan. Di antaranya CN 295 dan produk-produk buatan PT DI lainnya.


"Target kita dari Filipina, 212, 235, dan 295. Saat ini itu target kita Malaysia, yang juga tertarik 295 karena konflik Sabah. Korea tetap tertarik pada 212. PT DI punya stand, ada pesawat TNI AU aktif demo," kata Budiman saat jumpa pers di Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Jumat (22/3/2013).

Apa kelebihan CN 295? Menurut Budiman, pesawat itu generasi terbaru dari semua jenis 'medium lifter'. Pesawat jenis bisa sebagai pengganti pesawat Fokker 27.

"Sebenarnya CN 235, nah yang bentuknya lebih itu CN 295, juga lebih besar mesinnya, hasil kerja sama dengan Airbus Military, Spanyol. Optimistis bakal banyak order," jelasnya.

Menhan Purnomo Yusgiantoro menambahkan, CN 2935 sudah dikirim ke Langkawi. Selain pesawat di atas, ada juga Thailand yang tertarik dengan light transporter buatan PT DI.

"Semoga nanti di sana kita bisa menarik perhatian," ucap Purnomo.

Acara LIMA digelar mulai tanggal 26-30 Maret 2013 di Langkawi, Malaysia. Peserta LIMA terdiri dari negara-negara di Asia Pasifik.